Rabu, 23 Maret 2011

Pengertian Prestasi Diri

Pengertian Prestasi Diri

Keberhasilan adalah dambaan dan impian setiap orang, baik anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Kata keberhasilan identik dengan kata prestasi. Keberhasilan ini tentunya tidak pada ruang lingkup yang sempit, tidak selalu posisi teratas atau number one, melainkan melalui proses pengenalan diri sehingga mengetahui serta menyadari kelebihan dan kelemahan. Setelah itu memanfaatkan kelebihan yang masih terpendam yang berupa potensi menjadi perilaku yang aktual. Hal ini merupakan pekerjaan besar yang membutuhkan kekuatan internal yang luar biasa dan tidak semua orang bisa melakukannya. Orang-orang terkenal, yang berprestasi pada bidangnya ternyata tidak semuanya berpendidikan tinggi. Melainkan melalui proses pengenalan diri yang baik dan mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki. Albert Einstein, ternyata tidak mengenyam pendidikan. Namun berhasil menemukan apa itu quantum.
Setiap manusia apapun profesinya tentu akan mempunyai keinginan untuk berprestasi. Oleh karena dengan berprestasi seseorang akan dapat menilai apakah dirinya sudah berhasil mencapai tujuan hidupnya atau tidak, juga untuk membawa nama baik bangsa dan negara jika memang bisa. Pengertian prestasi yaitu hasil yang telah dicapai, dilakukan, diperoleh atau dikerjakan. Prestasi tiap orang tidak akan sama, ada yang berprestasi dalam hal :
• Melukis
• Berolahraga
• irama music
• cepat menghitung
• puisi
• pemimpin
• menyesuaikan diri
• tampil menawan
Prestasi antara orang satu dengan lainnya tentu tidak akan sama, dan seseorang tidak akan mungkin menjadi orang yang sama persis dengan orang yang dikagumi prestasinya.
Pada hakikatnya manusia adalah individu ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki potensi diri yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga prestasi diri setiap orang tentu tidak akan sama. Itu sebabnya para ahli berpendapat bahwa setiap siswa adalah individu yang unik (berbeda satu dengan lainnya).
Sebagai Warga Negara Indonesia yang baik maka setiap orang berusaha berprestasi demi keunggulan bangsa Indonesia tercinta. Tentu sangat membanggakan jika kita dapat berprestasi seperti orang-orang berprestasi yang telah melakukannya, antara lain Taufik Hidayat, Susi Susanti, Ikhsan Juara Indonesia Idol 2006, Usman Hasan Saputra, Hermawan Kertajaya, atau Ir Ciputra, serta masih banyak lagi yang dapat dilihat dan disaksikan sendiri. Semuanya berprestasi sesuai bidangnya masing-masing. Ada yang olah raga, seni, budaya, maupun ilmu pengetahuan serta enterpreneur (wiraswasta).
Beberapa pengertian prestasi berikut :
1. Prestasi adalah perolehan atau hasil yang telah dicapai dari suatu usaha, yang didasarkan pada nilai atau ukuran tertentu.
2. Prestasi adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha dan/ atau pekerjaan.
3. Prestasi adalah hasil yang diperoleh seseorang dari satu periode ke periode lainnya yang menunjukkan adanya perubahan ke arah kemajuan.
4. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, prestasi berarti hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya.
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut di atas, prestasi dapat dipahami sebagai hasil dari suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan. Oleh karena itu Prestasi Diri berarti hasil usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau pribadi. Seseorang yang melakukan kegiatan dan menghasilkan sesuatu dikatakan berprestasi. Jika hasil itu didapat dari usaha bersama maka dinamakan prestasi kelompok atau prestasi bersama. Dapat pula dikatakan bahwa seseorang dianggap berprestasi, jika dia telah meraih sesuatu dari apa yang telah diusahakannya, baik melalui belajar, bekerja, berolahraga dan sebagainya. Prestasi tersebut merupakan wujud optimalisasi pengembangan potensi diri. Sudah tentu prestasi dapat diraih setelah seseorang mengerahkan daya dan upaya, baik mencakup kemampuan intelektual, emosional, spiritual dan ketahanan diri dalam berbagai bidang kehidupan.
Macam – macam Prestasi Diri

Prestasi merupakan hasil sebuah usaha yang tidak selamanya identik dengan hasil baik. Misalnya seorang siswa yang mengikuti ujian dan mendapatkan nilai lima, bisa dikatakan memperoleh prestasi buruk atau rendah. Sebuah tim sepakbola yang lebih sering kalah ketimbang menang adalah tim sepak bola yang berprestasi buruk, dan lain-lain. Jadi prestasi dapat berupa hasil yang baik maupun buruk.
Namun pada umumnya kita mengasosiasikan prestasi sebagai hasil baik. Ketika kita mengatakan seseorang berprestasi maka yang kita maksudkan adalah orang tersebut memperoleh hasil atau prestasi yang baik.
Sehingga prestasi meliputi berbagai macam bidang antara lain :
1. Prestasi belajar, yaitu hasil yang didapat dari usaha belajar,
2. Prestasi kerja, yaitu hasil yang didapat dari bekerja
3. Prestasi di bidang seni
4. Prestasi di bidang olah raga
5. Prestasi di bidang lingkungan hidup
6. Prestasi di bidang Iptek, dan lain-lain
Pada dasarnya setiap orang memiliki keinginan untuk berprestasi atau memperoleh prestasi. Keinginan mendapatkan prestasi merupakan kebutuhan semua orang.
Ciri-ciri orang yang memiliki motivasi atau keinginan berprestasi antara lain :
a. berorientasi pada masa depan atau cita-citanya
b. berorientasi pada keberhasilan
c. berani mengambil resiko
d. memiliki rasa tanggung jawab
e. menerima dan menggunakan kritik sebagai umpan balik
f. kreatif serta mampu mengelola waktu dengan baik
Prestasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua macam faktor yaitu:
1. Faktor dari dalam diri, diantaranya bakat atau potensi, kepandaian atau intelektualitas, minat, kebiasaan, motivasi, pengalaman, kesehatan dan emosi.
2. Faktor dari luar, misalnya keluarga, sekolah, masyarakat, sarana prasarana, fasilitas, gizi dan tempat tinggal.
Kedua jenis faktor tersebut mendukung satu sama lain. Prestasi biasanya akan muncul jika kedua macam faktor di atas terpenuhi secara baik.
Orang yang berprestasi adalah orang yang dianggap sukses dalam bidang tertentu, karena pada kenyataannya ia memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Konsep diri yang melekat pada orang yang berprestasi adalah konsep diri positif yang mampu menangkap, mengolah dan memberdayakan diri secara rasional dan proporsional serta efektif dan efisien.
Arti Pentingnya Prestasi

Orang yang berprestasi adalah orang yang mendapatkan keberhasilan atas usahanya. Prestasi bukanlah sesuatu yang datang tanpa usaha keras. Jika kita menyimak kisah-kisah perjalanan hidup orang-orang yang berprestasi, kita akan mendapati bahwa mereka bekerja keras untuk mencapai prestasi tersebut. Prestasi seorang siswa diwujudkan dalam perolehan nilai hasil belajar yang baik atau kelulusan dengan nilai yang baik. Para atlet dunia telah mulai mengenal olah ragadan berlatih sejak usia belasan atau bahkan sejak masuk sekolah dasar. Demikian juga ilmuwan-ilmuwan besar merupakan orang-orang yang tekun belajar dan bereksperimen. Diantara ribuan kali eksperimen mungkin ada berkali-kali kegagalan yang tidak membuat mereka putus asa. Kerja keras dan jiwa besar semacam itulah yang akhirnya berbuah prestasi di masa datang.
Orang yang berprestasi meyakini bahwa hasil yang diperoleh sesuai harapan dan keinginannya. Orang yang mendapatkan hasil sesuai harapan berarti memperoleh keberhasilan atau kesuksesan. Semua orang pasti menginginkan harapan, cita-cita dan keinginannya tercapai. Sehingga memperoleh prestasi sesungguhnya merupakan dambaan setiap siswa. Berprestasi tidak hanya akan mengharumkan nama kita tapi juga nama keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu prestasi mempunyai arti yang sangat penting, antara lain :
1. Prestasi dapat menjadi indikator ( penanda ) kuantitas dan kualitas yang dicapai dari suatu kegiatan.
2. Prestasi dapat menjadi pengalaman berharga dan bahan informasi untuk masa depan,
3. Prestasi dapat menjadi kebanggaan bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
4. Prestasi dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kepandaian dan kemampuan seseorang atau sebuah kelompok.
Banyak orang yang menghubungkan prestasi dengan berbagai penghargaan. Namun sesungguhnya penghargaan hanya merupakan simbol pengakuan masyarakat terhadap suatu prestasi. Penghargaan semacam ini bentuknya bermacam-macam, seperti piagam, piala, medali, uang dan lain-lain. Yang paling bermakna bagi seseorang yang berprestasi sebenarnya adalah pengakuan itu sendiri. Yaitu bahwa kerja keras yang dilakukannya selama ini dan hasil yang telah dicapai melalui upaya tersebut ternyata memperoleh pengakuan dari masyarakat.
POTENSI DIRI
Menurut kamus besar bahasa indonesia,potensi berati kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembngkan,kekuatan,kesanggupan atau daya. Diri berarti orang seorang terpisah dari yang lain.jadi potensi diri adalah kemampuan yang ada atau dimiliki seseorang yang mempunyai kemampuan untuk di kembangkan.
a. Kepercayaan pada Tuhan yang Maha Esa
dng adanya potensi kepercayaan yg kuat terhadap tuhan,berprestasi dlm membangun peradaban yg tinggi.
Contoh: candi prambanan dibangun karena potensi kepercayaan menurut agama hindu dan menjadi prestasi nyata bangsa indonesia saat itu.
b. Keinginan mewujudkan cita-cita dan tujuan
Cita-cita dan tujuan hidup manusia merupakan potensi yg harus dikembangkan supaya menjadi kenyataan.
c. Semangat kekeluargaan
potansi yg ada berupa semangat kekeluargaan sesungguhnya merupakan kekuatan yg luar biasa. dng adanya kekeluargaan,persatuan,serta keamanan.
d. Rasa malu dan harga diri
bila manusia masih memiliki rasa malu,pd waktu itu juga akan mendorong terciptanya keamanan dan ketertiban kehidupan bersama.dng adanya potensi tersebut diharapkan seseorang atau suatu bangsa akan bekerja keras dan berprestasi ke dlm membangun negara dan bangsa.
Hubungan Potensi Diri Dan Prestasi Diri Untuk Berprestasi Sesuai Kemampuan

Salah satu aturan main dalam permainan hidup (the game of life) adalah diberlakukannya hukum kompetisi/persaingan. Kenyataan menunjukkan semua orang memiliki keinginan umum yang sama : ingin kaya, ingin dihormati atau ingin berprestasi di bidang tertentu. Akan tetapi tidak semuanya dapat mencapai apa yang diinginkannya. Hal ini karena masing-masing individu memiliki potensi diri yang berbeda dengan lainnya. Manusia adalah ciptaan yang paling sempurna, kesempurnaan tersebut dapat dilihat dari kelengkapan sisi-sisi manusia itu sendiri, yaitu ada kebaikan ada pula keburukan. Ada kekuatan tetapi juga ada kelemahan. Manusia sebagai mahluk berpotensi yang selalu bertumbuh menuju aktualisasi dirinya, harus mampu mengenali ke dua sisi tersebut dengan baik. Namun tidak semua manusia berkehendak dan mau bekerja keras untuk mendayagunakan potensinya. Kekuatan yang berupa potensi-potensi diri yang istimewa menjadi sulit berkembang, karena kelemahan-kelemahan yang tidak bisa dikendalikan atau dikelola dengan baik. Potensi berasal dari kata bahasa Inggris to potent yang berarti keras, kuat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang dimaksud potensi adalah kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki oleh seseorang, namun belum dipergunakan secara maksimal. Potensi merupakan suatu daya yang dimiliki oleh manusia, tetapi daya tersebut masih terpendam dalam diri yang bersangkutan. Setiap manusia pada dasrnya memiliki potensi, tetapi tidak setiap manusia berkehendak dan mau bekerja keras untuk mendayagunakan potensi tersebut.
Pengertian potensi diri adalah kemampuan yang dimiliki setiap pribadi (individu) yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan dalam berprestasi. Potensi diri adalah kemampuan yang terpendam pada diri setiap orang, setiap orang memilikinya. Potensi diri ada yang positif dan ada yang negatif.

Potensi diri yang positif seperti :

1. Memiliki idealisme
Sebagai generasi muda kita harus memiliki ide yang kita yakini kebenarannya dengan didukung fakta dan berusaha untuk mewujudkannya dalam tujuan hidup kita.
2. Dinamis dan kreatif
Sifat dinamis dan kreatif dalam arti selalu berkembang mengikuti perkembangan jaman tanpa berhenti untuk berkreasi dalam mencapai tujuan tanpa mengabaikan norma-norma yang ada dalam kehidupan sehari-hari, baik norma agama, norma hukum, norma kesusilaan dan norma kesopanan.
3. Keberanian mengambil resiko
Setiap tindakan yang dilakukan bukan tanpa resiko, karena jika ada sebab pasti akan ada akibat. Untuk itu sebelum bertindak harus selalu mempertimbangkan masak-masak resiko yang akan timbul dan berusaha menghadapi serta mengatasinya dengan baik.
4. Optimis dan kegairahan semangat
Manusia yang hidup di era globalisasi sekarang ini tidak boleh pesimis, maka sebagai bagian dari dunia seseorang harus selalu optimis dan memiliki kegairahan semangat supaya tidak putus asa dan lemah sebelum bertanding. Para pahlawan telah berjuang merebut ke¬merdekaan Indonesia tetapi kita yang harus memper¬tahankan dan mengisinya melalui karya yang positif. Bangsa yang maju adalah bangsa yang rakyatnya mau bekerja keras, ulet dan tangguh dalam mewujudkan se¬buah prestasi. Sebab perlu diingat bahwa Tuhan sendiri tidak akan mengubah kondisi suatu bangsa jika bangsa tersebut tidak mau berubah.
5. Kemandirian dan disiplin murni
Kita adalah bagian dari bangsa yang mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri dan memiliki disiplin yang tinggi. Pendidikan disiplin bukan hanya sekedar patuh terhadap aturan tetapi juga harus terwujud dalam ben¬tuk pengakuan terhadap hak dan keinginan orang lain, serta mau mengambil bagian dalam memikul tanggung jawab sosial secara manusiawi.
6. Fisik yang kuat dan sehat
Untuk itu potensi diri yang positif harus memperhatikan masalah yang satu ini karena sangat penting peranan-nya. Pepatah: “di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat (mensana in corpore sano)“ potensi diri yang positif adalah yang menjaga kekuatan dan kesehatan fisik.
7. Sikap ksatria Ksatria adalah sikap yang sportif yaitu berani mengakui kesalahan dan kekalahan jika mengalaminya, serta bersedia meminta maaf untuk tidak mengulangi lagi perbuatan. Dalam falsafah masyarakat Jawa, seseorang baru pantas bergelar ksatria jika dia dapat“ menang tanpa mengalahkan, kemudian mengalahkan tanpa merendahkan dan menyerang tanpa menyakiti .”
8. Terampil dalam menerapkan IPTEK
Melalui pendidikan dan pelatihan para siswa diharapkan dapat melatih keterampilannya dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah. Jika me- mungkinkan dapat diperdalam di luar sekolah, sehingga menjadi generasi muda yang tidak gagap teknologi, dan mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia. Setelah itu mereka diharapkan dapat menerapkan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan mengikuti lomba komputer daerah atau nasional. Ini merupakan peran serta yang baik dari masyarakat dalam menunjang potensi diri siswa dalam berprestasi sehingga terampil dalam menerapkan IPTEK.
9. Kompetitif Di tengah persaingan dunia seperti sekarang ini setiap individu harus mampu menunjukkan kelebihan dirinya, diantaranya dengan berkompetisi dengan bangsa lainnya.

Dalam upaya mengembangkan potensi diri ada 4 tahapan yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Mengenali diri sendiri
b. Memposisikan diri
c. Mendobrak diri
d. Aktualisasi diri

Selain potensi diri yang positif setiap manusia juga memiliki potensi diri yang negatif seperti:
1. Mudah diadu domba
Semua kelebihan yang dimiliki dapat hilang percuma jika seseorang masih mudah diadu domba. Dalam berbagai aspek kehidupan hendaknya harus berhati-hati karena seseorang bisa diadu domba atau bahkan mungkin tergoda untuk menjadi pelakunya. Hal ini arus dihindari, karena sangat merugikan diri sendiri.
2. Kurang berhati-hati
Pepatah “biar lambat asal selamat” memang bisa diganti dengan “biar cepat tapi selamat”, tetapi tetap ha¬rus waspada dan berhati-hati. Mengapa demikian? Oleh karena kita sering terburu-buru tanpa memperhatikan resiko lainnya asalkan tujuan tercapai. Akibatnya memang tujuan tercapai tetapi ada resiko besar yang didapatkan.
3. Emosional
Emosional merupakan suatu keadaan perasaan atau kondisi kejiwaan yang sedang labil sehingga dapat meng¬ganggu hubungan dengan orang lainnya. Biasanya mun¬cul pada saat keadaan tidak normal, sehingga individu yang sedang emosional kurang bisa mengendalikan diri. Dia bisa marah, berteriak ataupun menangis. Sebenarnya semua aktivitas tadi boleh saja dilakukan asalkan tetap terkendali dan tidak mengganggu orang lain.
Potensi diri yang positif adalah jika kita tidak mudah emosional yaitu kita memiliki kecerdasan emosi (emotional quotient) yang baik.
4. Kurang percaya diri
Banyak dari generasi muda yang belum menger¬jakan sesuatu sudah menyerah dengan mengatakan tidak mampu melaksanakannya. Jadi generasi muda menyerah atau kalah sebelum bertanding. Sebenarnya ada kemam¬puan tetapi karena kurang percaya diri menjadi tidak mau melakukan sesuatu. Sungguh disayangkan karena kesem¬patan emas menjadi hilang. Hal ini berarti harga diri (self esteem) mereka adalah negatif karena cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga.
Potensi diri yang positif adalah jika kita memiliki rasa percaya diri yang besar.
Ciri-ciri individu yang kurang percaya diri :
a. Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan Kelompok
b. Menyimpan rasa takut /kekhawatiran terhadap peno¬lakan
c. Sulit menerima realita diri (terutama dalam menerima kekurangan diri) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri-namun di lain pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri
d. Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negative
e. Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil
f. Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena undervalue diri sendiri)
g. Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu
h. Mempunyai external locus of control (mudah me-nyerah pada nasib, sangat bergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain).
5. Kurang mempunyai motivasi
Manusia bukanlah benda mati yang bergerak hanya bila ada daya dari luar yang mendorongnya, melainkan makhluk yang mempunyai daya dalam dirinya untuk bergerak. Inilah yang dinamakan motivasi. Sehingga motivasi sering disebut penggerak perilaku (the energizer of behaviour).
Motivasi adalah bidang yang amat sering dipelajari oleh para psikolog karena pengetahuan akan determinan perilaku ini akan banyak membantu dalam meramalkan dan mengendalikan dampak dari suatu keadaan tertentu terhadap kehidupan manusia. Ini berhubungan dengan prestasi diri sebagai suatu perilaku yang muncul karena potensi diri yang ada dengan didorong motivasi yang kuat. Motivasi adalah dorongan baik yang berasal dari dalam diri seseorang maupun yang berasal dari luar diri seseorang tersebut, misalnya dari keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Adanya motivasi akan mempercepat tercapainya tujuan untuk berprestasi.
Oleh karena itu kita harus punya motivasi supaya kebutuhan hidup terpenuhi, mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi sebagaimana dikemukakan oleh Abraham H Maslow, yaitu dari kebutuhan fisiologis dasar, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan untuk dihargai dan paling tinggi kebutuhan aktualisasi diri yang berupa kesempatan dan kebebasan untuk mewujudkan cita-cita sesuai kemampuan yang dimiliki setiap individu. Hubungan antara potensi diri dengan prestasi diri sangat erat, karena untuk berprestasi seseorang harus mengenali terlebih dahulu potensi yang ada dalam dirinya. Potensi diri yang negatif harus dihilangkan, sebaliknya potensi yang positif harus dimun- culkan. Jadi kita seharusnya memaksimalkan potensi atau kekuatan dan sekaligus meminimalkan pengaruh kelemahan kita.
Menurut Andri Wongso, caranya :
1. berkomitmen untuk menghilangkan kelemahan- kelemahan tersebut,
2. melakukan usaha yang sungguh-sungguh untk menghentikan pengaruhnya setiap kali kelemahan diri tersebut muncul dan
3. menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baru yang mendorong mencuatnya potensi kita, dan pada saat bersamaan membenamkan kelemahan-kelemahan kita.
Dan ke tiganya ini harus dimulai sekarang juga karena tindakan adalah kekuatan Orang yang punya potensi disebut juga dengan manusia unggul terlebih jika dia dapat mewujudkan potensinya dengan baik, akan tetapi jangan sampai menjadi sombong.

Ciri-ciri manusia unggul adalah :
1. Memiliki keimanan yang utuh.
2. Melaksanakan amal ibadah.
3. Memiliki akhlak mulia, yang terdiri dari amanah, ikhlas, tekun, berdisiplin, bersyukur, sabar, dan adil.
Ke tiga hal ini akan semakin lengkap jika didukung oleh hal-hal positif yang dimiliki oleh seseorang. Prestasi diri seseorang akan semakin bermakna jika dilandasi oleh keimanan yang kuat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Mereka berprestasi bukan semata kepentingan pribadi tetapi demi kepentingan yang lebih luas lagi. Prof Dr Ir BJ Habibie dan Ir Ciputra mereka adalah putra bangsa yang banyak perprestasi sesuai dengan potensi masing-masing. Ir Ciputra salah satu pengusaha yang sukses dalam bidang properti dan peduli pada pendidikan, selain seorang yang sukses sebagai enterpreneur yang mampu menghasilkan berbagai projek di Indonesia. Menurut Ir Ciputra entrepreneur bukanlah suatu hal yang bersifat mistik dan misterius. Umar Hasan Saputra, Ir Ciputra dan Prof Dr Ir BJ Habibie merupakan orang-orang yang mempunyai potensi diri (bakat) di bidang masing-masing.
Hal ini dapat dilihat dari tiga hal yaitu:
1. kemampuan di atas rata-rata,
2. kreativitas dan
3. tanggung jawab terhadap tugas. Ini berarti mereka memiliki kemampuan di atas rata-rata dan punya ciri-ciri kreativitas seperti dikemukakan oleh Cholisin sebagai berikut :
1. Dorongan ingin tahu besar
2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik
3. Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
4. Bebas dalam menyatakan pendapat
5. Mempunyai rasa keindahan
6. Menonjol dalam salah satu bidang seni
7. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkap¬kannya, tidak mudah terpengaruh orang lain
8. Memiliki rasa humor tinggi
9. Daya imajinasi kuat
10. Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan, gagasan, karangan, pemecahan masalah)
11. Dapat bekerja sendiri
12. Kemampuan elaborasi (mengembangkan atau meme-rinci) suatu gagasan.
Ciri-ciri kreativitas dapat dilihat dari seseorang yang memiliki rasa ingin tahu (sense of curiosity), kebutuhan untuk berprestasi (need of achievement), dapat beradaptasi (adaptable) dan memiliki kemampuan menempuh resiko.
Prestasi diri merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan, dan akan optimal jika dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam kaitannya dengan anak berbakat dinamakan anak lantip, Gardner memiliki pandangan yang berbeda, ia menyatakan bahwa manusia bukanlah berdasarkan skor tes standar semata, namun sebagai:
1. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang ter- jadi dalam kehidupan manusia.
2. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.
3. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.

Anak berbakat (anak lantip) dibedakan dari anak jenius. Anak jenius disebut juga anak berbakat taraf sangat tinggi (highly gifted) yang sangat jarang ditemukan sedangkan anak berbakat banyak ditemukan di sekolahsekolah.

Ada lima macam keberbakatan, yaitu:
1. keberbakatan intelektual,
2. keberbakatan akademik,
3. keberbakatan kreatif,
4. keberbakatan kepemimpinan dan sosial, dan
5. keberbakatan seni.

Analisis dari Bloom tentang lantip pada Peserta Olympiade Science, bahwa :
1. memiliki kemampuan luar biasa tinggi untuk mencurahkan sejumlah besar waktu dan usaha untuk mencapai suatu standar yang tinggi. Karakteristik ini telah ada pada usia 5 atau 8 tahun dan menjadi semakin bertambah setelah orang-orang tersebut menerima pengajaran beberapa tahun.
2. memiliki sifat kompetitif dengan teman sebaya dalam bidang talent tersebut dan memiliki kebulatan tekad untuk melakukan yang terbaik.
3. memiliki kemampuan belajar secara cepat tentang teknik-teknik baru, ide-ide, dan proses dalam bidang talent tersebut.

Karakteristik lantip menurut Kitano dan Kirby memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• fisik yang menarik dan rapi dalam penampilan;
• diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa;
• keterlibatan dalam beberapa kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan konstruktif;
• kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya;
• memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang (egalitarian) dan jujur;
• perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa;
• bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan situasi;
• mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa;
• mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain;
• memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, humor, dan pemahaman.
Karakteristik di atas biasanya dimiliki oleh mereka yang telah berprestasi. Prestasi akan mencapai hasil yang bagus jika dalam situasi dan kondisi saat kesempatan pengembangan bakat (lantip) dipenuhi. Hal ini bisa diperoleh dari guru yang memberikan peluang kepada siswa untuk berkembang potensinya secara optimal.
Kepribadian guru dapat membantu siswa untuk berprestasi antara lain :
1. Bersikap terbuka terhadap hal-hal baru
2. Peka terhadap perkembangan anak baik secara fisik maupun psikis
3. Mempunyai pertimbangan luas dan dalam
4. Penuh pengertian
5. Mempunyai sifat toleransi
6. Mempunyai kreativitas yang tinggi
7. Bersikap ingin tahu
Selain memiliki kepribadian, guru juga harus memiliki hubungan social dengan siswa yang dapat mendorong timbulnya prestasi yaitu suka dan pandai bergaul dengan anak berbakat serta memahami kesulitan yang dihadapi anak tersebut. Selain itu guru diharapkan dapat menyesuaikan diri dan mudah bergaul serta mampu memahami dengan cepat tingkah laku anak berbakat tersebut. Untuk anak berbakat memang harus ada perhatian khusus dari guru karena kadang-kadang mereka bertindak berbeda dengan teman lainnya. Misalnya bertanya secara
kritis, meminta perhatian lebih bahkan terkadang seperti melawan guru. Untuk itu kebesaran hati dari guru untuk tidak bertindak negatif, tetapi malah lebih memperhatikan mereka sehingga dapat memperlihatkan bakatnya.
Selain guru, peran orangtua juga tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan potensi diri yang dimiliki anak untuk menjadi prestasi diri sesuai kemampuannya. Meskipun hak utama pengajaran yang utama ada di tangan orangtua, tetapi alangkah baiknya jika orangtua tidak memaksakan kehendak kepada anaknya untuk menjadi apa kelak. Orangtua seharusnya bersikap demokratis dalam arti menyerahkan kepada anak mau menjadi apa kelak, tetapi tetap di sampingnya untuk selalu mendampingi dan mengingatkannya jika mereka salah. Orangtua selalu memberikan fasilitas, doa dan dorongan demi keberhasilan anaknya.
Peran masyarakat juga tidak kalah pentingnya, karena bagaimanapun hebatnya seseorang berprestasi jika tidak dapat dirasakan manfaatnya secara langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat tentu tidak bermakna. Berbeda jika hasil prestasi dirinya dapat dirasakan masyarakat tentu akan lebih bermakna, seperti prestasi Tim bulutangkis Indonesia, kemenangan Tim Olimpiade Fisika Indonesia maupun temuan Nutrisi Saputra oleh Usman Hasan Saputra. Peran masyarakat juga bisa dengan memberikan dukungan dana dalam suatu prestasi yang dicapai seseorang, misalnya memberikan bea siswa, hadiah, atau memberikan biaya penelitian sehingga menghasilkan suatu prestasi.
Semua merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan, seseorang yang punya potensi diri akan mampu menunjukkan prestasi diri dengan motivasi yang kuat dengan dukungan keluarga, guru dan masyarakat. Peran guru bisa diganti oleh pelatih maupun seseorang yang punya kepedulian seperti Yohanes Saputra dalam Tim Olimpiade Fisika Indonesia ataupun Ir Ciputra dalam penelitian Nutrisi Saputra oleh Umar Hasan Saputra.
Kebutuhan untuk berprestasi terjemahan dari need of achievement sebagaimana dikemukakan John Atkinson dan David Mc Clelland pada tahun 1940-an. Kebutuhan berprestasi atau n-ach tercermin dari perilaku individu yang selalu mengarah pada suatu standar keunggulan. Orang-orang yang mempunyai perilaku seperti ini menyukai tugas-tugas yang menantang, tanggung jawab secara pribadi, dan terbuka untuk umpan balik guna memperbaiki prestasi inovatif-kreatifnya. Hal inilah yang harus dimiliki oleh seseorang supaya dapat berprestasi, jika dikaitkan dengan teori Maslow maka hal ini dapat dikatakan merupakan kebutuhan aktualisasi diri.
Tahap aktualisasi diri menurut Andri Wongso merupakan proses realisasi potensi diri setelah kita mampu melakukan tindakan-tindakan cepat, berani ambil resiko, dan mampu mengambil pelajaran atas keberhasilan dan kegagalan kita. Dalam proses perwujudan ini kita dituntut untuk melakukan segala sesuatunya secara profesional, efektif, dan efesien. Sebab ini sangat berkaitan dengan peluang atau kesempatan yang kita peroleh.
Berbagai upaya untuk mencapai prestasi dapat dilakukan dengan cara-cara sebagaimana dikemukakan oleh Sujiyanto yaitu :
1. Kreatif dan inovatif
Kreatif dan inovativ merupakan upaya memiliki daya cipta, dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu hal. Sedangkan inovatif berarti memperkenalkan sesuatu yang baru bersifat pembaharuan, upaya berprestasi dengan cara memperbarui atau menyempurnakan metode, sistem, atau strategi yang ada menjadi lebih sesuai atau relevan dengan perkembangan jaman.
Ciri-cirinya antara lain peka terhadap lingkungan, dinamis dan progresif, serta terbuka.
2. Tanggung-jawab
Tanggung jawab merupakan kewajiban yang harus dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menyelesaikan tugas yang diterimanya dengan sebaik mungkin. Untuk itu bisa dilakukan dengan cara skala prioritas, fokus program dan penjadwalan dan optimalisasi kegiatan secara terpadu. Seseorang yang bertanggungjawab akan dapat berprestasi dengan baik karena dia telah menyelesaikan kewajibannya dengan baik sesuai yang telah disepakati sebelumnya. Tanggungjawab tidak hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada masyarakat dan yang paling tinggi pada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Bekerja keras
Orang yang suka bekerja keras disayang Tuhan, kalian tentu ingat “beribadahlah kamu seolah akan mati esok hari dan bekerjalah dengan keras seolah kamu akan hidup 1000 tahun lagi.” Ini berarti setiap orang akan serius dalam mengerjakan sesuatu. Akan mengoptimalkan seluruh daya dan upaya demi tercapainya suatu prestasi diri dengan bekerja keras.
Dalam bekerja keras kalian tidak akan terlepas dari kekuatan ketahanan mental, karena pengembangan diri tidak bisa terlepas dari kekuatan ketahanan mental. Kesuksesan yang tidak disertai dengan ketahanan mental akan menjadi kesuksesan yang rapuh fondasinya. Untuk itu ketahanan mental harus kita tempa dan kita tanamkan sejak kita mulai perjuangan dengan cara memelihara spirit sebagai manusia pembelajar yang sejati, selalu berdoa, selalu mengucap syukur dan bermeditasi.
4. Memanfaatkan Sumber Daya
Walaupun manusia sebagai mahluk yang paling sempurna di dunia ini tetapi tidak dapat hidup sendiri, melainkan tetap membutuhkan sumber daya yang ada di sekitarnya. Memanfaatkan sumber daya alam dan bekerjasama dengan manusia lainnya demi tercapainya tujuan.
Setiap individu dituntut untuk menguasai beberapa keterampilan seperti keterampilan pribadi, keterampilan sosial, keterampilan akademik dan keterampilan dalam bidang tertentu. Selain itu sebagai mahluk sosial, manusia juga dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Dalam hubungannya dengan prestasi diri dan sebagai mahluk sosial maka penekanan lebih pada keterampilanketerampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya, biasanya disebut dengan aspek psikososial. Keterampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan temanteman sebaya, memberikan tugas dan tanggung jawab sesuai perkembangan anak, dan sebagainya. Dengan mengembangkan keterampilan tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat saat ia remaja atau dewasa.
Dalam pandangan Zainun Mu’tadin bahwa keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting dan krusial manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh temanteman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilanketerampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dan sejenisnya. Keadaan ini dinamakan prestasi diri yang negative atau gagal. Tentu sangat susah untuk membuat mereka berperan serta dalam berbagai aktivitas yang berujung pada prestasi, atau memiliki prestasi diri yang positif atau sukses.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan.Hal ini penting sekali karena seseorang yang punya potensi sekalipun tidak selamanya akan selalu sukses. Kadangkala dia akan mengalami kegagalan. Tetapi menanamkan pengertian bahwa kegagalan adalah sukses yang tertunda adalah penting sekali, sehingga dia akan terpacu untuk mencoba lagi sampai berhasil.
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja adalah memiliki keterampilan sosial (social skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.

Keterampilan-keterampilan sosial tersebut meliputi:
1. Kemampuan berkomunikasi
2. Menjalin hubungan dengan orang lain
3. Menghargai diri sendiri dan orang lain
4. Mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain
5. Memberi atau menerima feedback
6. Memberi atau menerima kritik
7. Bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku.

Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal sehingga dia akan dapat berprestasi.
Hasil studi Davis dan Forsythe, dalam kehidupan remaja terdapat delapan aspek yang menuntut keterampilan sosial (social skill) yaitu:
1. Keluarga
2. Lingkungan
3. Kepribadian
4. Rekreasi
5. Pergaulan dengan lawan jenis
6. Pendidikan/sekolah
7. Persahabatan dan solidaritas Kelompok
8. Lapangan Kerja

Hubungannya dengan prestasi diri maka seorang remaja dalam pengembangan aspek psikososialnya, harus dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kondisi yang kondusif sehingga membuat tercapainya prestasi diri. Di bawah ini adalah beberapa hal yang dapat berpengaruh bagi pengembangan aspek psikososial remaja:
1. Keluarga
Keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Jika seorang anak memperoleh kepuasan psikis dalam keluarga, maka akan sangat menentukan bagaimana dia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis atau broken home dimana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka anak tersebut sulit mengembangkan keterampilan sosialnya. Hal ini dapat terlihat dari :
• kurang adanya saling pengertian (low mutual understanding)
• kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan orangtua dan saudara
• kurang mampu berkomunikasi secara sehat
• kurang mampu mandiri
• kurang mampu memberi dan menerima sesame saudara
• kurang mampu bekerjasama
• kurang mampu mengadakan hubungan yang baik

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka amatlah penting bagi orangtua untuk menjaga agar keluarga tetap harmonis. Keharmonisan dalam hal ini tidaklah selalu identik dengan adanya orangtua utuh (Ayah dan Ibu), sebab dalam banyak kasus orangtua sendiri (single parent) terbukti dapat bersifat efektif dalam membantu perkembangan psikososial anak. Hal yang paling penting diperhatikan oleh orangtua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga. Suasana yang mendukung tercapainya prestasi diri.
2. Lingkungan
Anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan sejak dini, meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga). Selain itu lingkungan juga meliputi lingkungan keluarga (batih/inti dan keluarga besar), lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Dengan pengenalan lingkungan maka sejak dini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang luas, tidak hanya terdiri dari orangtua, saudara (keluarga inti), atau kakek dan nenek saja (keluarga besar). Dengan melaksanakan kegiatan sejenis anak akan semakin bertambah wawasannya.
3. Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak selalu demikian. Yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya. Untuk itulah amat penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung diremehkan. Untuk itu, orangtua perlu memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan. Akan tetapi dalam hal tertentu memang tetap harus memperhatikan penampilan, karena sedikit banyak kepribadian seseorang memang kadang dapat dilihat dari penampilan seseorang. Oleh karena orang yang berkepribadian baik biasanya selalu menghargai penampilannya.
4. Rekreasi
Rekreasi merupakan kebutuhan sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi. Dengan rekreasi seseorang akan merasa mendapat kesegaran baik fsiik maupun psikis, sehingga terlepas dari rasa capai, bosan, monoton serta mendapatkan semangat baru. Akhirnya akan muncul ide dan kreativitas baru.
5. Pergaulan dengan Lawan Jenis
Untuk dapat menjalankan peran menurut jenis kelamin, maka anak dan remaja seyogyanya tidak dibatasi pergaulannya hanya dengan teman-teman yang memiliki jenis kelamin yang sama. Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex role behavior (peran perilaku jender) yang menjadi sangat penting dalam persiapan berkeluarga maupun ketika sudah berkeluarga. Tentu saja tetap harus memperhatikan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
6. Pendidikan
Pada dasarnya sekolah meng-ajarkan berbagai keterampilan kepada anak. Salah satu keterampilan tersebut adalah keterampilan-keterampilan social yang dikaitkan dengan cara-cara belajar yang e􀃀sien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya. Dalam hal ini peran orangtua adalah menjaga agar keterampilan-keterampilan tersebut tetap dimiliki oleh anak atau remaja dan dikembangkan terus-menerus sesuai tahap perkembangannya.
7. Persahabatan dan Solidaritas Kelompok
Pada masa remaja peran kelompok dan temanteman amatlah besar. Tidak jarang mereka lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan keluarganya. Hal tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain. Dalam hal ini orangtua perlu memberikan dukungan sekaligus pengawasan agar remaja dapat memiliki pergaulan yang luas dan bermanfaat bagi perkembangan psikososialnya.
8. Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri
Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka sejak awal anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) yaitu potensi dirinya, agar mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi cara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja mudah menyesuaikan diri dengan kelompok, maka tugas orang tua/pendidik adalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya. Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari orang lain/kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lain/kelompok.
Selain itu anak harus diajarkan sejak dini untuk dapat memilih prioritas tugas-tugas yang harus segera diatasi, bukan menunda atau mengalihkan perhatian pada tugas yang lain. Karena itu sejak awal sebaiknya orang tua atau pendidik telah memberikan bekal agar anak dapat memilih mana yang penting dan mana yang kurang penting melalui pendidikan disiplin, tata tertib dan etika.
Masih banyak cara-cara lain yang bisa dipergunakan untuk meningkatkan ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri remaja. Kalianpun bebas memilih cara-cara yang tepat sesuai dengan kebutuhan kalian seharihari.
Satu hal yang harus selalu kita ingat adalah bahwa dengan membantu remaja dalam mengembangkan keterampilan sosial berarti kita telah membantu mereka dalam menemukan dirinya sendiri sehingga mampu berperilaku sesuai norma yang berlaku. Pada akhirnya mereka sebagai bagian dari generasi muda dapat berperan serta dalam berbagai aktivitas dan berprestasi dengan baik sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar